Dengan iman, seseorang akan memiliki bashirah (kepekaan, ketajaman mata hati). Ia akan tahu hakikat dan tujuan hidupnya.
Sebaliknya manakala iman kurang diasah, maka kepekaan itu akan lambat laun lenyap. Ia akan melihat dunia dengan cara pandang yang salah. Dunia pun dengan berbagai macam daya pikatnya akan menipu para pencintanya. Seakan-akan yang manusia kejar adalah kenikmatan, padahal jurang yang menyengsarakan. Maksud hati menggapai kesenangan selamanya, tak pelak yang ia hadapi hanyalah fatamorgana. Jalan yang ia tempuh justru semakin menjauhkannya dari kebahagiaan yang hakiki.
Allah memberi kita peluang yang besar untuk mendapatkan kehidupan yang lapang. Akan tetapi manusia hanya akan memperoleh kehidupan yang sempit bila menjauh dari peringatan-Nya. Bisa jadi orang menganggap kesempitan hidup hanyalah terjadi pada orang yang miskin saja. Tapi sejarah memberi pelajaran kepada kita bahwa hidup yang sempit bukan monopoli milik orang yang kekurangan materi.
Belajarlah dari cerita lama kehidupan Qarun yang sempit dibalik kenikmatan akan harta melimpah dan jabatan strategis yang dimilikinya. Anugerah kekayaan justru membuat ia berpaling dari hidayah, tidak mau mengikuti Nabi Musa alaihis salam saat itu. Ketika ia sombong, tak mensyukuri nikmat, bahkan menjauh dari peringatan Allah maka kemewahan dunia itulah yang kemudian menghancurkannya. Jadi orang kaya pun dapat menjadi sempit hidupnya bila tidak mau taat kepada Tuhannya.
Tabiat Hidayah
Rupanya hidayah memiliki tabiat simetris dengan keseriusan manusia. Ia hanya mau menghampiri orang yang sungguh-sungguh mencarinya. Setiap insan yang berupaya terus menerus menjalani kehidupan dengan intuisi iman. Ia memulai segala kiprahnya dengan niat murni karena Allah, menelusuri kehidupan dengan mengikuti jalan yang telah dilalui oleh para kekasih Allah, dan tujuan hidupnya hanyalah mencari ridha Allah. Dalam kehidupan singkat ini pun ia tidak mau berpaling walau sekejap dari hidayah atau bermaksiat kepada Allah.
Qarun adalah kaumnya Nabi Musa bahkan ia adalah anak pamannya. Realitanya Allah tidak melekatkan hidayah pada Qarun walaupun ia hidup berdekatan dengan Musa, karena ia tidak mau menjadikan iman sebagai sumber kelapangan hidupnya yang sesungguhnya.
Betapa Qarun sudah diberi pintu kemudahan di dunia, sampai kunci-kunci pintu kekayaannya musti dipikul oleh orang yang kuat. Ini pertanda bahwa secara materil ia sangat kaya. Tapi begitulah pada akhirnya ia ditenggelamkan bersama dengan harta yang selama itu membuat dirinya kufur. Jadi sejatinya kunci kekayaan manusia adalah iman dan itulah jalan penghantar kenikmatan yang kekal. Qarun tidak menyadari hal itu yaitu harta hanya sekedar ujian bagi dirinya.
Akibat Menjauhi Hidayah
Allah mengancam manusia, "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit". Pada babak kehidupan pertama yaitu di dunia, orang kaya akan mengalami nasib seperti Qarun. Orang yang dihimpit kesulitan hidup berupa kekurangan materi juga akan semakin merasakan dunia ini menyesakkan dirinya manakala ia tidak memperbaiki kualitas imannya. Itulah kesempitan yang diberikan versi dunia.
Efek lanjutan tak menghiraukan kebutuhan akan iman adalah keniscayaan hidup sempit pada babak hidup kedua yaitu di akhirat. "Dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Ancaman kesempitan hidup di akhirat berupa kegelapan ketika dibangkitkan karena buta. Padahal saat itu penglihatan sangatlah penting dimiliki, karena setiap manusia akan melewati titian di atas neraka menuju surga. Bagaimana halnya sang buta? Bisa jadi baru satu ayunan ia melangkah, dirinya sudah terjerumus masuk dalam azab neraka.
Wajarlah mereka berkata, "Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dulu aku dapat melihat?". Maka saat itulah Sang Penyedia Hidayah di dunia mengatakan padanya, "Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan".
Hidayah Ayat Cinta-Nya
Allah telah menyediakan pintu kelapangan hidup walaupun jalan hidup itu sulit. Ia pula yang memberikan ketentraman dengan hadirnya kemudahan materi sebagai penopang hidup. Syaratnya hanyalah kita beriman dan istiqamah dalam keimanan itu.
Sesungguhnya orang-orang yang berkata: "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu". (Qs. Fushshilat: 30)
Dan bagi orang beriman dan berupaya melanggengkan imannya, tidak ada jalan utama yang lain kecuali ia harus gemar membaca surat cinta Allah. Ia berupaya untuk memahaminya sehingga menjadi petunjuk yang jelas menuntun hidupnya. Ia juga harus menguatkan ikhtiar untuk menghafalkan sebanyak-banyak Al-Qur'an agar segala bisikan kemaksiatan mampu terkalahkan dengan ayat-ayat yang meresap dalam hatinya. Dan pada akhirnya dapat menjelma berupa kemampuan menggerakkan seluruh anggota tubuh agar beramal sesuai panduan Allah dalam ayat-ayat cinta-Nya. Itulah tujuan asasi diturunkannya Al-Qur'an.
Sebenarnya, (Al-Qur'an) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami. (Qs. Al-Ankabut: 49)
Wallahu a'lam.
2 komentar:
Zaman sudah berubah..
Banyak yang lupa oleh nikmatnya dunia, fananya keindahan. Tak mudah merubah bentuk bentuk yang sudah membaku, keras dan menjadi tombak. Sudah terlalu dalam tertancap.
Jalan terbaik hanyalah mengingatkan ..
Menjadikan diri tauladan sebagai contoh bagi umat yang terlupa. Kita tak bisa menulis untuk orang lain, setidaknya kita cuma bisa menulis untuk diri sendiri, agar orang lain bisa membacanya ..
Salut Ndri ..
Semoga, kehidupan ini selalu diingatkan oleh kebaikan kebaikan yang tak akan berakhir.
maksih kuyus buat masukannya..sekali lagi terimakasih sahabatku
Posting Komentar