Senin, 29 Desember 2008

27 Mei di yogyakarta



Sabtu 27 Mei 2006, saat terang tanah, wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah dilanda gempa berkekuatan besar. Banyak korban berjatuhan, tapi lebih banyak lagi yang selamat. Sebagian dari mereka luput dari maut dan cedera dengan cara unik.

Bagi mereka yang berusia 30-an tahun seperti Sugeng, gempa di desanya pada Sabtu 27 Mei 2006 itu merupakan gempa terbesar yang pernah dialaminya. Kawasan Pleret, tempat Sugeng tinggal, itu termasuk daerah yang kerusakannya paling parah.
Dalam catatan sejarah, gempa berkekuatan 5,9 pada skala Richter itu bukan termasuk gempa terbesar pertama. Tercatat pada 1867 wilayah Yogyakarta sudah digoyang lindu dengan akibat 372 rumah roboh dan lima orang meninggal.




Hampir seabad kemudian, tepatnya 1943, gempa kembali melanda Yogyakarta dengan hasil yang lebih dahsyat: 2.800 rumah hancur, 213 orang meninggal, dan 2.096 orang luka-luka. Sugeng sebenarnya pernah merasakan gempa cukup besar tapi tidak ada kerusakan berarti di daerahnya. Gempa yang terjadi tahun 1981 itu tercatat membuat dinding Hotel Ambarukmo di Yogyakarta retak-retak.

Kini, seiring bertambahnya penduduk, gempa menelan banyak korban. Dari situs sonorajogjamediacenter.org tercatat 6.234 orang meninggal, lebih dari 50.000 luka-luka, serta lebih dari 70.000 bangunan rusak atau ambruk. Berbagai simpati mengalir bagi para korban. Di balik peristiwa itu tersimpan kecemasan dan keberuntungan.

Keluar lebih awal

Kecemasan dirasakan oleh mereka yang memiliki ikatan batin dengan wilayah yang terkena gempa. Apalagi beberapa saat setelah gempa, komunikasi bisa dikatakan putus sama sekali. Hal ini dialami Eni yang orangtuanya tinggal di Dusun Tilaman yang masuk wilayah Kecamatan Imogiri. Berhubung tidak dapat memperoleh kepastian informasi tentang keadaan orangtuanya, maka ia memutuskan untuk pulang ke Yogyakarta pada Sabtu siang itu.

Butuh perjuangan berat, sebab sesampai di Yogyakarta pada Minggu dini hari, transportasi menuju kampungnya lumpuh. Padahal jarak Yogyakarta - Imogiri lumayan juga, sekitar 17 km. Rasa cemas mengalahkan segalanya sehingga Eni, yang kebetulan pulang bersama saudaranya yang orangtuanya tinggal tidak jauh dari kampung orangtua Eni, memutuskan untuk berjalan kaki. Beruntung, baru separuh perjalanan, ada kendaraan menuju ke Imogiri yang bersedia ditumpanginya.

Eni baru merasa lega setelah tahu orangtuanya selamat, meski sebagian rumahnya hancur dan dindingnya retak-retak. Kondisi itu masih lebih bagus dibandingkan dengan bangunan milik para tetangga kir-kanannya yang rata dengan tanah. Bahkan, Kabupaten Puroloyo, salah satu situs milik Keraton Yogyakarta pun sami mawon, rata dengan tanah. Tembok kukuhnya memang cuma batu bata yang ditata tanpa menggunakan perekat semen.

Di kampungnya korban meninggal tercatat tiga orang, kebanyakan tertimpa reruntuhan tembok rumah. Namun, ada juga yang selamat tanpa lecet sedikit pun meski rumahnya ambruk seambruknya. Bu Suyitno (70), misalnya. Menurut Joko, anaknya yang bekerja di Jakarta dan buru-buru pulang ke Yogyakarta, begitu kabar gempa tersebar, di rumah yang tiga perempatnya rubuh itu ibunya tinggal bersama salah seorang anak perempuannya, Nani.

Seperti malam-malam sebelumnya, Bu Suyitno yang menderita stroke tidur di ruang tengah. Ketika gempa mengguncang, secara reflek Nani lari keluar rumah tanpa sempat menyelamatkan ibunya. Ketika gempa selesai, Nani yang ingin mengetahui kondisi ibunya teralang pintu rumah yang miring sehingga susah dibuka. Bersama saudaranya akhirnya Nani bisa masuk ke rumah, dan untunglah ibunya tidak mengalami cedera. Padahal kondisi di dalam rumah sudah berantakan. Lemari-lemari roboh menghamburkan seluruh isinya ke mana-mana. Bisa jadi ibunya selamat karena terjatuh ke lantai dan tempat tidurnya menjadi tempat perlindungan yang kukuh.

Keberuntungan serupa dialami Ny. Pawiro Dasi (85). Seperti pagi-pagi sebelumnya, pemilik toko terlengkap di Ganjuran, Bantul, ini duduk di samping tokonya. Namun, pagi itu ia keluar lebih awal dari biasanya. Begitu gempa terjadi, perempuan yang berkursi roda karena patah tulang punggungnya ini langsung tertimpa jendela yang jebol dan diikuti material-material lain. Suryadi, anak lelakinya yang menderita sulit bicara, begitu tahu ibunya tertimbun reruntuhan rumah, lantas berteriak-teriak memanggil ibunya sambil menangis. Karena sambil membopong anak balitanya, tentu dia tidak bisa sendirian menyelamatkan ibunya.

Suharwanto, anak bungsunya yang tinggal tak jauh dari situ, sedang membantu tetangga sebelahnya yang juga tetimpa keruntuhan rumah. Akan tetapi begitu ingat akan nasib ibunya, anggota DPRD Bantul ini langsung bergegas pergi ke rumah ibunya. Bersama-sama kakak beradik ini membongkar reruntuhan rumah yang menimpa ibu mereka. Syukurlah, sang ibu tidak mengalami luka serius, hanya pelipisnya terkena pecahan kaca, meski sempat dibawa ke RS Dr. Sardjito, Yogyakarta. Untungnya lagi, Bu Pawiro keluar dari kamar tidur lebih awal. Dinding kamar tidurnya roboh persis menimpa tempat tidurnya.

Lain lagi dengan kisah Dawami (35), warga Ngringinan, Palbapang, Bantul. Lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai pembuat barang kerajinan ini sedang tiduran di kamar tengah bersama anak laki-lakinya. Dawami, yang belum sembuh benar dari penyakit usus buntu terkejut sekali ketika gempa terjadi. Tiba-tiba saja ruang belakang sudah mulai roboh, bersama anaknya dia bangkit dan hendak keluar ke arah depan. Begitu sampai di pintu, ruang depan pelan-pelan juga roboh. Maka, bersama anak laki-lakinya dia bertahan di ruang tengah. Kedua tangannya ke atas seakan-akan ingin melindungi diri. Ia hanya bisa pasrah. Ajaib, kamar tengah yang dia tempati justru tidak runtuh.

Sembunyi di almari

Keberuntungan juga menghampiri Ny. Zubaisah (83), warga Gedogan, Sumbermulya, Bambanglipuro. Saat itu dia sedang duduk di gandok yang juga dijadikan warung kecil-kecilan. Anaknya, Sunarti (38), baru saja mengeluarkan sepeda motor bebeknya di halaman. Dia hendak mandi, lalu mengambik handuk. Meski sudah siap dengan handuk, dia mengurungkan niatnya untuk mandi lantaran matanya melihat halamannya tampak kotor pagi itu. Sunarti pun keluar, lalu menyapu halaman itu.

Baru beberapa menit menyapu, tiba-tiba tanah tempatnya berpijak bergoyang. Sunarti segera berlari ke gandok menghampiri emak-nya dan menyeretnya keluar sebelum rumah mereka roboh. Coba kalau Sunarti langsung mandi di belakang, entah apa yang terjadi dengan ibunya yang sudah sulit berjalan karena sepuh itu.

Hal yang sama dialami Ignatius Warsidi (78) yang tinggal di Tegalkrapyak, Kecamatan Dongkelan, Bantul. Gara-gara tikus ia selamat dari goyangan lindu. Malam sebelumnya, ia memasang perangkap tikus. Pagi hari ketika sedang memasak air, istrinya melihat ada tikus terjebak di perangkap yang dipasang Warsidi. Berhubung takut memegang tikus, istrinya berniat membangunkannya untuk disuruh membuang. Baru saja Warsidi bangun, tiba-tiba tanah bergoyang. Dengan sigap suami-istri itu langsung menghambur keluar. Mereka menyaksikan rumah yang ditinggalinya luruh mencium tanah.

Anehnya, gempa sebesar itu tidak dirasakan oleh Wignyo (60-an) - warga Pundung Kecamatan Imogiri - yang pagi itu sedang menyapu halaman. Tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh suara gemuruh robohnya rumah. Alhasil ia tidak bisa menyelamatkan istrinya yang tertimpa tembok sehingga harus dirawat di rumah sakit karena kakinya cedera.

Gempa yang berlangsung pagi itu memang tak sampai semenit lamanya. Beruntung bagi Dedy (38), warga Dodotan, Sumbermulya, Bambanglipuro, Bantul. Reflek berpikir sopir Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini masih baik sehingga ia bisa selamat dari gempa. Waktu itu bersama anak perempuannya ia masih berada di dalam rumah. Begitu melihat rumah mulai roboh, Dedy segera berlari ke arah lemari sambil menggandeng anaknya. Berdua mereka masuk ke dalam lemari pakaian. Meski rumah Dedy hancur mencium tanah, ia dan anak perempuannya terlindung di dalam lemari.

Cerita korban yang selamat dari gempa tentu masih banyak lagi. Agar peristiwa yang memakan korban jiwa dan luka-luka itu tak terulang lagi, maka Sugeng dan korban lain yang selamat perlu mengisahkan peristiwa itu dan mengingatkan kepada anak keturunannya agar membangun rumah yang tahan gempa. Soalnya, dari reruntuhan bangunan itulah korban berjatuhan. Gempa-gempa besar di lokasi yang sama bisa jadi bakal berulang, meski dalam rentang waktu yang lama, bisa di atas 50 tahunan. Bahkan bisa 100 - 300 tahunan.


Lanjut membaca “27 Mei di yogyakarta”  »»

Minggu, 28 Desember 2008

Terangnya Mata hati

Photobucket


Dua orang pemuda tampak berdiskusi di sebuah mulut gua. Sesekali, mereka memandang ke arah dalam gua yang begitu gelap. Gelap sekali! Hingga, tak satu pun benda yang tampak dari luar. Hanya irama suara serangga yang saling bersahutan. “Guru menyuruh kita masuk ke sana. Menurutmu, gimana? Siap?" ucap seorang pemuda yang membawa tas besar. Tampaknya, ia begitu siap dengan berbagai perbekalan.

"Menurut petunjuk guru, gua ini bukan sekadar gelap. Tapi, panjang dan banyak stalagnit, kelelawar, dan serangga," sahut pemuda yang hanya membawa tas kecil. Orang ini seperti punya kesiapan lain di luar perbekalan alat. "Baiklah, mari kita masuk!" ajaknya sesaat kemudian.



Tidak menyangka dengan ajakan spontan itu, pemuda bertas besar pun gagap menyiapkan senter. Ia masuk gua beberapa langkah di belakang pemuda bertas kecil. "Aneh!" ucapnya kemudian. Ia heran dengan rekannya yang masuk tanpa penerangan apa pun.



Tidak menyangka dengan ajakan spontan itu, pemuda bertas besar pun gagap menyiapkan senter. Ia masuk gua beberapa langkah di belakang pemuda bertas kecil. "Aneh!" ucapnya kemudian. Ia heran dengan rekannya yang masuk tanpa penerangan apa pun.

Dari mulai beriringan, perjalanan keduanya mulai berjarak. Pemuda bertas besar berjalan sangat lambat. Ia begitu asyik menyaksikan keindahan isi gua melalui senternya: kumpulan stalagnit yang terlihat berkilau karena tetesan air jernih, panorama gua yang membentuk aneka ragam bentukan unik, dan berbagai warna-warni serangga yang berterbangan karena gangguan cahaya. "Aih, indahnya!" gumamnya tak tertahan.

Keasyikan itu menghilangkannya dari sebuah kesadaran. Bahwa ia harus melewati gua itu dengan selamat dan tepat waktu. Bahkan ia tidak lagi tahu sudah di mana rekan seperjalanannya. Ia terus berpindah dari satu panorama ke panorama lain, dari satu keindahan ke keindahan lain. Ia terlena dengan keindahan di sekelilingnya.

Di ujung gua, sang guru menanyakan rahasia pemuda bertas kecil yang bisa jauh lebih dulu tiba. "Guru…," ucap sang pemuda begitu tenang. "…dalam gelap, aku tidak lagi mau mengandalkan mata zhahir. Mata batinkulah yang kuandalkan. Dari situ, aku bisa merasakan bimbingan hembusan angin ujung gua, kelembaban cabang jalan gua yang tak berujung, batu besar, dan desis ular yang tak mau diganggu," jelas sang pemuda begitu meyakinkan..”





Saudaraku,
Ada banyak "gua" dalam hidup ini.. Gua ketika seseorang kehilangan pekerjaan. Gua di saat gadis atau lajang terus-menerus tertinggal peluang berjodoh. Gua di saat orang alim menjadi sulit dipercaya. Gua ketika bencana begitu buta. Dan, berbagai "gua" lain yang kadang dalam gelapnya menyimpan seribu satu keindahan yang membuai.

Sebagian kita, suka atau tidak, harus menempuh rute jalannya yang gelap, lembab, dan penuh jebakan. Sayangnya, tidak semua kita mampu.menyiapkan bekal secara pas. Kita kadang terjebak dengan kelengkapan alat. Atau terjebak pada kelengkapan sarana atau fasilitas, juga kekayaan. Dan, melupakan bekalan lain yang jauh lebih jitu dan berdaya guna: kejernihan mata hati.

Mata hatilah yang mampu menembus pandangan di saat "gelap". Mata hatilah yang bisa membedakan antara angin tuntunan dengan tipuan tipuan. Kejernihannya pula yang bisa memantulkan ‘cahaya’ yang sejati.



Saudaraku,

Perjalanan hidup kita tak ubahnya seperti menyusuri gua yang gelap. Kalau mata hati kita belum setajam itu, maka carilah teman hidup yang punya mata hati yang jernih. Teman hidup yang memiliki bekalan kekuatan dan kematangan jiwa. Yang telah teruji istiqomah dari sekian banyak tadribat amal dan cobaan hidup serta ketekunan meraut ketajaman mata hatinya. Jadikan dia pemimpin dan penunjuk arah perjalanan kita. Semoga dengannya kita bisa menemukan jalan keluar dari gua dan selamat dari gulita dunia. Amiin ya robbal’alamin..




Lanjut membaca “Terangnya Mata hati”  »»

RENUNGKAN

Photobucket


Kita lahir dengan dua mata di depan wajah kita, kerana
kita tidak boleh selalu melihat ke belakang. Tapi pandanglah semua itu
ke depan, pandanglah masa depan kita.

Kita dilahirkan dengan 2 buah telinga di kanan dan di kiri, supaya
kita dapat mendengarkan semuanya dari dua buah sisi. Untuk berupaya
mengumpulkan pujian dan kritikan dan memilih mana yang benar dan mana
yang salah.




Kita lahir dengan otak di dalam tengkorak kepala kita. Sehingga
tidak peduli semiskin mana pun kita, kita tetap kaya. Kerana tidak akan
ada seorang pun yang dapat mencuri otak kita, fikiran kita dan idea
kita. Dan apa yang anda fikirkan dalam otak anda jauh lebih berharga
daripada emas dan perhiasan.

Kita lahir dengan 2 mata dan 2 telinga, tapi kita hanya diberi 1
buah mulut. Kerana mulut adalah senjata yang sangat tajam, mulut bisa
menyakiti, bisa membunuh, bisa menggoda, dan banyak hal lainnya yang
tidak menyenangkan. Sehingga ingatlah bicara sesedikit mungkin tapi
lihat dan dengarlah sebanyak-banyaknya.

Kita lahir hanya dengan 1 hati jauh di dalam diri kita. Mengingatkan
kita pada penghargaan dan pemberian cinta diharapkan berasal dari hati
kita yang paling dalam. Belajar untuk mencintai dan menikmati betapa
kita dicintai tapi jangan pernah mengharapkan orang lain untuk
mencintai kita seperti kita mencintai dia.

Berilah cinta tanpa meminta balasan dan kita akan menemui cinta yang jauh lebih indah.



Lanjut membaca “RENUNGKAN”  »»

Sabtu, 27 Desember 2008

WANITA YANG PERNAH SINGGAH DI HATIKU


Photobucket


Untuk wanita yang pernah kucintai…
Ada musim yang terindah dalam hidupku
Ada cinta dalam tangisku
Ada lagu dalam senduku
Sedetik kenangan di musim lalu…

Untuk wanita yang pernah hadir dalam hidupku…
Perlu kau tahu dalam diriku
Masih bersisa setitis bahagia
Pernah singgah dalam pelukanmu
Juga derita dan carik luka
Sempat berpaut pada kenangan
Bisa membuat airmataku
Mengalir darah yang paling hitam

Buat wanita yang pernah mencintaiku
Masih ku damba cinta yang lalu
Pernah berlabuh di muara hati
Biar dekad berganti dekad
Biar musim datang dan pergi
Demi untuk Kamu
Wahai wanita yang pernah ku kasihi

Ku utuskan puisi yang tersisih ini
Buat kenangan dan titipan


Tanda cinta tak pernah terpadam


Dari hati seorang lelaki yang tulus
Untuk wanita yang pernah kucintai


NB:kalau kamu tahu..sampai sekarangpun aku sesungguhnya masih sangat sayang sama kamu.



Lanjut membaca “WANITA YANG PERNAH SINGGAH DI HATIKU”  »»

Terlintas di Hati Setiap Insan

Photobucket
Prasangka memang hanya lintasan hati. Karenanya, berprasangka sebenarnya manusiawi. Tak ada orang yang mampu meredam atau menahan yang namanya lintasan hati. Tak ada orang yang tak pernah memiliki prasangka buruk terhadap orang lain. Tak seorang pun bisa menghilangkan sama sekali lintasan hatinya. Itu sebabnya, para sahabat mengajukan keberatannya kepada Rasulullah saat turun ayat "Dan bila engkau menampakkan apa yang ada dalam hatimu, atau engkau menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu." (QS. Al-Baqarah : 284) Para sahabat yakin tak mampu menghalangi lintasan hatinya, jika itu termasuk dalam hitungan amal mereka. Akhirnya Allah menurunkan ayat selanjutnya, "Allah tidak akan memberikan beban kepada seseorang kecuali sebatas kemampuannya."




Imam Ghazali mengurai penjelasan buruk sangka dalam satu sub tema tentang ghibah, membicarakan keburukan orang lain. Menurutnya, buruk sangka tak lain adalah ghibah bathiniyah (membicarakan keburukan orang dengan hati). "Sebagaimana Anda diharamkan untuk menyebut keburukan-keburukan orang lain, maka demikian pula Anda diharamkan untuk berburuk sangka pada saudara Anda," begitulah kata Imam Ghazali.

Apa yang harus dilakukan agar bisa menghindari bahaya buruk sangka?

Pertama, tumbuhkan empati kepada orang yang menjadi objek buruk sangka. Rasakanlah bila objek buruk sangka itu adalah diri Anda sendiri yang sangat mungkin mengalami banyak kekurangan. Tips ini sama dengan apa yang dianjurkan oleh Imam Ghazali, ketika ia membahas masalah ghibah. Untuk menghindari ghibah, menurut Imam Ghazali, salah satunya dengan merasakan bagaimana bila yang menjadi objek pembicaraan itu adalah diri sendiri. Bila kita senang mendengarnya, maka teruskanlah bicara. Tapi bila tidak, maka jauhilah pembicaraan negatif itu. Sama dengan kondisi ghibah dalam hati, cara menghindarinya bisa dengan membandingkan kondisi kita dengan kondisi orang yang menjadi objek prasangka.

Kedua, teliti dari mana sumber perasaan negatif, atau buruk sangka itu muncul. Bila ia datang dari informasi seseorang, langkah yang paling baik adalah melakukan pertanyaan lebih detail tentang asal usul berita miring itu. Apakah nara sumber berita itu benar-benar telah mengetahui secara autentik tentang kejadian yang memunculkan prasangka itu? Atau bisa juga ditanyakan langsung kepada yang bersangkutan tentang benar tidak-nya berita negatif tersebut. Bila Anda merasakan bahwa informasi itu belum tentu benar, berupayalah menghapuskan memori informasi itu dari pikiran Anda.

Ada riwayat hadits menarik yang disampaikan oleh Imam Ahmad dengan sanad shahih. Suatu ketika ada seorang lelaki melewati suatu kaum yang sedang berada dalam sebuah majlis. Orang laki-laki itu mengucapkan salam, mereka pun menjawab salam orang tersebut. Tapi tak berapa jauh orang itu pergi, salah seorang dalam majlis itu berkata, "Sesunguhnya aku membenci orang itu karena Allah." Orang yang mendengar perkataan itu terkejut dan mengatakan, "Buruk sekali apa yang engkau ucapkan. Demi Allah akan aku adukan hal ini pada Rasulullah."

Orang yang telah lewat itu kemudian dipertemukan oleh Rasulufah dengan orang yang memiliki prasangka buruk itu. "Mengapa kamu membencinya?" tanya Rasul. "Aku tetangganya, dan mengenalnya. Demi Allah aku tidak pernah melihatnya melakukan shalat kecuali yang diwajibkan," katanya. Orang itu berkata, "Tanyalah wahai Rasulullah, apakah ia pernah melihatku mengakhirkan sholat di luar waktunya atau aku pernah salah berwudhu, ruku’ atau sujud?" Orang yang berprasangka buruk itu mengatakan, "Tidak." Kemudian ia mengatakan, "Demi Allah aku tidak pernah melihatnya berpuasa sebulan kecuali pada bulan yang dipuasai oleh orang baik dan durhaka." Orang yang dituduh itu mengatakan, "Tanyakan wahai Rasulullah, apakah dia pernah melihatku tidak puasa pada bulan Ramadhan, atau aku mengurangi haknya?" Orang itupun menjawab, "Tidak."

Tapi ia masih menambahkan lagi alasan kebenciannya. "Demi Allah aku belum pernah melihatnya memberi orang yang meminta minta atau orang miskin sama sekali, aku juga tidak pernah melihatnya menginfakkan sesuatu di jalan Allah kecuali zakat yang juga dilakukan oleh orang yang baik dan durhaka," katanya. Orang yang dituduh itu mengatakan, "Tanyakan padanya ya Rasulullah, apakah dia pernah melihatku mengurangi zakat atau aku pernah menzalimi pemungut zakat yang memintanya?" Orang itu menjawab, "Tidak." Akhirnya Rasulullah berkata pada orang yang melontarkan kebencian tanpa alasan yang jelas itu. "Pergilah, barangkali dia lebih baik dari pada dirimu," ujar Rasulullah.

Ketiga, bila sumber informasi itu muncul dari dalam hati sendiri tanpa sebab-sebab yang jelas, kecuali sekadar penampilan lahir atau kecurigaan belaka. Beristigfar, dan mohon ampunlah pada Allah swt atas kekeliruan lintasan hati negatif itu. "Seseorang tidak boleh meyakini keburukan orang lain kecuali bila telah nyata dan tidak dapat diartikan dengan hal lain kecuali hanya dengan keburukan," begitu nasihat Imam Al-Ghazali.

Beliau mencontohkan, jika seseorang mencium bau minuman khamar dari mulut seseorang, ia masih belum boleh memastikan bahwa ia telah minum khamar, karena masih ada kemungkinan untuk dikatakan bahwa dia berkumur-kumur saja dan tidak meminumnya, atau mungkin dia dipaksa meminumnya.

Menurut Imam Ghazali, sesuatu yang tidak disaksikan dengan mata kepala dan tidak didengar dengan telinga sendiri, tapi muncul di dalam hati, maka itu tidak lain merupakan bisikan setan yang harus ditolak, karena syetan adalah makhluk yang fasik. Allah swt berfirman, "Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya." (QS.Al-Hujurat:6)

Keempat, sadarilah bahwa lahiriyah seseorang tidak selalu identik dengan batinnya. Islam sama sekali tak mengajarkan penilaian seseorang dari aspek lahirnya. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk tubuh kalian, tapi melihat pada hati kalian." Dalam hadits shahih yang lain disebutkan pula bagaimana Rasulullah menggambarkan bahwa kondisi orang yang secara lahiriyah kurang baik, berdebu, rambutnya kumal, dan banyak dipandang hina oleh seseorang, tapi orang tersebut adalah orang yang paling didengar doanya oleh Allah swt. Sebaliknya, orang yang bersih, dan menarik penampilan lahiriyahnya, ternyata orang itulah yang memiliki penilaian tidak baik di mata Allah swt.

Naif sekali, merasa curiga dan berburuk sangka karena alasan lahir. Allah swt bahkan menjelaskan bahwa di antara orang munafik biasanya memiliki penampilan yang memukau. "Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum." (QS. Al-Munafiqun : 4)

Kelima, terimalah fakta bahwa setiap orang pasti pernah lepas kontrol sesekali. Tidak perlu mengembangkan perasaan dan dugaan terlalu besar dengan suatu kesalahan yang dilakukan seseorang. Kesalahan itu adalah hal lumrah bagi manusia. Karenanya, coba arahkan perhatian itu pada diri sendiri, bukan pada orang lain. Terlalu besar memperhatikan kesalahan orang lain, merupakan salah satu sebab seseorang menjadi mudah mencurigai dan berburuk sangka. Ingatlah prinsip yang diajarkan Rasulullah saw, Berbahagialah orang yang disibukkan oleh aib dan kesalahan dirinya, ketimbang sibuk oleh aib dan kesalahan orang lain.

Keenam, salah satu pemicu buruk sangka adalah rasa was-was atau bayangan ketakutan yang akan kita terima akibat pihak tertentu. Untuk mengatasinya, tumbuhkan keyakinan kuat bahwa Allah swt Maha Mengetahui dan Maha Kuasa atas seluruh gerak gerik hambanya. Apa saja yang terjadi merupakan kehendak dan kekuasaan Allah swt. Keyakinan ini akan memunculkan kepasrahan dan ketenangan, serta tidak mudah membayangkan resiko pahit yang belum tentu benarnya. Keyakinan ini juga yang akan mengusir perasaan was-was dan bayangan menakutkan yang tak jelas ujung pangkalnya.

Ketujuh, untuk mematahkan gangguan syetan, terapi yang paling penting adalah dengan dzikir kepada Allah dan berusaha memperbanyak amal-amal ketaatan. Keduanya akan sangat menciptakan suasana hati yang hidup, bersih dan jernih. Hal ini lebih jauh akan menumbuhkan kualitas iman yang semakin tidak mudah bagi syetan untuk bersemayam di dalam hati. Di sinilah, seseorang akan mendapat cahaya Allah swt sehingga pandangannya akan mengarah pada firasat yang benar. Takutlah dari firasat seorang mu’min karena ia melihat dengan Nur Allah. (HR. Turmudzi)

Kedelapan, mintakan ampun kepada orang yang menjadi objek prasangka tanpa alasan yang jelas. Itu salah satu kafarat ghibah yang disebutkan oleh Imam Ghazali rahimahullah. Menurutnya, doa tersebut dapat menjengkelkan syetan sehingga syetan tidak bisa memasukkan lintasan negatif atas seseorang. Prasangka, menurutnya sama dengan ghibah dalam hati. Maka, tebusannya antara lain dengan memohon ampunan kepada Allah atas saudara yang dicurigai itu. Wallahu’alam.




Lanjut membaca “Terlintas di Hati Setiap Insan”  »»

Perjalanan Hidup


Photobucket



Kehidupan manusia merupakan perjalanan panjang, melelahkan, penuh liku-liku, dan melalui tahapan demi tahapan. Berawal dari alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzakh, sampai pada alam akhirat yang berujung pada tempat persinggahan terakhir bagi manusia, surga atau neraka. Al-Qur’an dan Sunnah telah menceritakan setiap fase dari perjalanan panjang manusia itu.





Al-Qur’an diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. berfungsi untuk memberikan pedoman bagi umat manusia tentang perjalanan (rihlah) tersebut. Suatu rihlah panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia, tanpa kecuali. Manusia yang diciptakan Allah swt. dari tidak ada menjadi ada akan terus mengalami proses panjang sesuai rencana yang telah ditetapkan Allah swt.


Saat ini ada dua teori yang menyesatkan orang banyak. Al-Qur’an dengan tegas membantah teori itu. Pertama, teori yang mengatakan manusia ada dengan sendirinya. Dibantah Al-Qur’an dengan hujjah yang kuat, bahwa manusia ada karena diciptakan oleh Allah swt. Kedua, teori yang mengatakan manusia ada dari proses evolusi panjang, yang bermula dari sebangsa kera kemudian berubah menjadi manusia. Teori ini pun dibantah dengan sangat pasti bahwa manusia pertama adalah Adam as. Kemudian selanjutkannya anak cucu Adam as. diciptakan Allah swt. dari jenis manusia itu sendiri yang berasal dari percampuran antara sperma lelaki dengan sel telur wanita, maka lahirlah manusia.

Rasulullah saw. semakin mengokohkan tentang kisah rihlatul insan. Disebutkan dalam beberapa haditsnya. “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang musafir” (HR Bukhari). Dalam hadits lain: ”Untuk apa dunia itu bagiku? Aku di dunia tidak lebih dari seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya” (HR At-Tirmidzi).
Alam Arwah

Manusia merupakan makhluk terakhir yang diciptakan Allah swt. setelah sebelumnya Allah telah menciptakan makhluk lain seperti malaikat, jin, bumi, langit dan seisinya. Allah menciptakan manusia dengan dipersiapkan untuk menjadi makhluk yang paling sempurna. Karena, manusia diciptakan untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi dan memakmurkannya.

Persiapan pertama, Allah mengambil perjanjian dan kesaksian dari calon manusia, yaitu ruh-ruh manusia yang berada di alam arwah. Allah mengambil sumpah kepada mereka sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Al A’raf: 172).

Dengan kesaksian dan perjanjian ini maka seluruh manusia lahir ke dunia sudah memiliki nilai, yaitu nilai fitrah beriman kepada Allah dan agama yang lurus. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Ruum: 30). Rasulullah saw. bersabda: “Setiap anak dilahirkan secara fitrah. Maka kedua orang tuannya yang menjadikan Yahudi atau Nashrani atau Majusi.” (HR Bukhari)

Alam Rahim

Rihlah pertama yang akan dilalui manusia adalah kehidupan di alam rahim: 40 hari berupa nutfah, 40 hari berupa ‘alaqah (gumpalan darah), dan 40 hari berupa mudghah (gumpalan daging), kemudian ditiupkan ruh dan jadilah janin yang sempurna. Setelah kurang lebih sembilan bulan, maka lahirlah manusia ke dunia.

Allah swt. berfirman: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (Al-Hajj: 5)

Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya seseorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya 40 hari nutfah, kemudian ‘alaqoh selama hari yang sama, kemudian mudghoh selama hari yang sama. Kemudian diutus baginya malaikat untuk meniupkan ruh dan ditetapkan 4 kalimat; ketetapan rizki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagia.” (HR Bukhari dan Muslim)

Seluruh manusia di dunia apapun kondisi sosialnya diingatkan tentang awal kejadiannya yang berasal dari benda yang hina, yaitu sperma lelaki dan sel telur wanita. Manusia sebelumnya belum dikenal, belum memiliki kemuliaan dan kehormatan. Lalu apakah manusia akan bangga, congkak, dan sombong dengan kondisi sosial yang dialami sekarang jika mengetahui asal muasal mereka?

Setelah mencapai 6 bulan sampai 9 bulan atau lebih, dan persyaratan untuk hidup normal sudah lengkap, seperti indra, akal, dan hati, maka lahirlah manusia ke dunia dalam keadaan telanjang. Belum bisa apa-apa dan tidak memiliki apa-apa.

Alam Dunia

Di dunia perjalanan manusia melalui proses panjang. Dari mulai bayi yang hanya minum air susu ibu lalu tubuh menjadi anak-anak, remaja dan baligh. Selanjutnya menjadi dewasa, tua dan diakhiri dengan meninggal. Proses ini tidak berjalan sama antara satu orang dengan yang lainnya. Kematian akan datang kapan saja menjemput manusia dan tidak mengenal usia. Sebagian meninggal saat masih bayi, sebagian lagi saat masa anak-anak, sebagian yang lain ketika sudah remaja dan dewasa, sebagian lainnya ketika sudah tua bahkan pikun.

Di dunia inilah manusia bersama dengan jin mendapat taklif (tugas) dari Allah, yaitu ibadah. Dan dalam menjalani taklifnya di dunia, manusia dibatasi oleh empat dimensi; dimensi tempat, yaitu bumi sebagai tempat beribadah; dimensi waktu, yaitu umur sebagai sebuah kesempatan atau target waktu beribadah; dimensi potensi diri sebagai modal dalam beribadah; dan dimensi pedoman hidup, yaitu ajaran Islam yang menjadi landasan amal.

Allah Ta’ala telah melengkapi manusia dengan perangkat pedoman hidup agar dalam menjalani hidupnya di muka bumi tidak tersesat. Allah telah mengutus rasulNya, menurunkan wahyu Al-Qur’an dan hadits sebagai penjelas, agar manusia dapat mengaplikasikan pedoman itu secara jelas tanpa keraguan. Sayangnya, banyak yang menolak dan ingkar terhadap pedoman hidup tersebut. Banyak manusia lebih memperturutkan hawa nafsunya ketimbang menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.

Maka, orang yang bijak adalah orang yang senantiasa mengukur keterbatasan-keterbatasan dirinya untuk sebuah produktifitas yang tinggi dan hasil yang membahagiakan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang senantiasa sadar bahwa detik-detik hidupnya adalah karya dan amal shalih. Kehidupannya di dunia sangat terbatas sehingga tidak menyia-nyiakannya untuk hal-hal yang sepele, remeh apalagi perbuatan yang dibenci (makruh) dan haram.

Dunia dengan segala kesenangannya merupakan tempat ujian bagi manusia. Apakah yang dimakan, dipakai, dan dinikmati sesuai dengan aturan Allah swt. atau menyimpang dari ajaran-Nya? Apakah segala fasilitas yang diperoleh manusia dimanfaatkan sesuai perintah Allah atau tidak? Dunia merupakan medan ujian bagi manusia, bukan medan untuk pemuas kesenangan sesaat. Rasulullah saw. memberikan contoh bagaimana hidup di dunia. Ibnu Mas’ud menceritakan bahwa Rasulullah saw. tidur diatas tikar, ketika bangun ada bekasnya. Maka kami bertanya: “Wahai Rasulullah saw., bagaimana kalau kami sediakan untukmu kasur.” Rasululah saw. bersabda: “Untuk apa (kesenangan) dunia itu? Hidup saya di dunia seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya.” (HR At-Tirmidzi)

Perjalanan hidup manusia di dunia akan berakhir dengan kematian. Semuanya akan mati, apakah itu pahlawan ataukah selebriti, orang beriman atau kafir, pemimpin atau rakyat, kaya atau miskin, tua atau muda, lelaki atau perempuan. Mereka akan meninggalkan segala sesuatu yang telah dikumpulkannya. Semua yang dikumpulkan oleh manusia tidak akan berguna, kecuali amal shalihnya berupa sedekah yang mengalir, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih. Kematian adalah penghancur kelezatan dan gemerlapnya kehidupan dunia. Kematian bukanlah akhir kesudahan manusia, bukan pula tempat istirahat yang panjang. Tetapi, kematian adalah akhir dari kehidupannya di dunia dengan segala yang telah dipersembahkannya dari amal perbuatan untuk kemudian melakukan rihlah atau perjalanan hidup berikutnya.

Bagi orang beriman, kematian merupakan salah satu fase dalam kehidupan yang panjang. Batas akhir dari kehidupan dunia yang pendek, sementara, melelahkan, dan menyusahkan untuk menuju akhirat yang panjang, kekal, menyenangkan, dan membahagiakan. Di surga penuh dengan kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan belum terlintas oleh pikiran manusia. Sementara bagi orang kafir, berupaya menghindar dari kematian dan ingin hidup di dunia 1.000 tahun lagi. Tetapi, sikap itu adalah sia-sia. Utopia belaka. Karena, kematian pasti datang menjumpainya. Suka atau tidak suka.

Alam Barzakh

Fase berikutnya manusia akan memasuki alam kubur atau alam barzakh. Di sana mereka tinggal sendiri. Yang akan menemaninya adalah amal mereka sendiri. Kubur adalah taman dari taman-taman surga atau lembah dari lembah-lembah neraka. Manusia sudah akan mengetahui nasibnya ketika mereka berada di alam barzakh. Apakah termasuk ahli surga atau ahli neraka. Jika seseorang menjadi penghuni surga, maka dibukakan baginya pintu surga setiap pagi dan sore. Hawa surga akan mereka rasakan. Sebaliknya jika menjadi penghuni neraka, pintu neraka pun akan dibukakan untuknya setiap pagi dan sore dan dia akan merasakan hawa panasnya neraka.

Al-Barra bin ’Azib menceritakan hadits yang panjang yang diriwayat Imam Ahmad tentang perjalanan seseorang setelah kematian. Seorang mukmin yang akan meninggal dunia disambut ceria oleh malaikat dengan membawa kafan surga. Kemudian datang malaikat maut duduk di atas kepalanya dan memerintahkan ruh yang baik untuk keluar dari jasadnya. Selanjutnya disambut oleh malaikat dan ditempatkan di kain kafan surga dan diangkat ke langit. Penduduk langit dari kalangan malaikat menyambutnya, sampai di langit terakhir bertemu Allah dan Allah memerintahkan pada malaikat: “Catatlah kitab hambaku ke dalam ’illiyiin dan kembalikan kedunia.” Maka dikembalikan lagi ruh itu ke jasadnya dan datanglah dua malaikat yang bertanya: Siap Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa lelaki yang diutus kepadamu? Siapa yang mengajarimu? Hamba yang beriman itu dapat menjawab dengan baik. Maka kemudian diberi alas dari surga, mendapat kenikmatan di kubur dengan selalu dibukakan baginya pintu surga, dilapangkan kuburnya, dan mendapat teman yang baik dengan wajah yang baik, pakaian yang baik, dan aroma yang baik. Lelaki itu adalah amal perbuatannya.

Alam Akhirat (Hari Akhir)

Dan rihlah berikutnya adalah kehidupan di hari akhir dengan segala rinciannya. Kehidupan hari akhir didahului dengan terjadinya Kiamat, berupa kerusakan total seluruh alam semesta. Peristiwa setelah kiamat adalah mahsyar, yaitu seluruh manusia dari mulai nabi Adam as. sampai manusia terakhir dikumpulkan dalam satu tempat. Di sana manusia dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan belum dikhitan. Saat itu matahari sangat dekat jaraknya sekitar satu mil, sehingga mengalirlah keringat dari tubuh manusia sesuai dengan amalnya. Ada yang sampai pergelangan kaki, ada yang sampai lutut, ada yang sampai pusar, ada yang sampai dada, bahkan banyak yang tenggelam dengan keringatnya.

Dalam kondisi yang berat ini manusia berbondong-bondong mendatangi para nabi untuk meminta pertolongan dari kesulitan yang maha berat itu. Tetapi semuanya tidak ada yang dapat menolong. Dan terakhir, hanya Rasulullah saw. yang dapat menolong mereka dari kesulitan mahsyar. Rasulullah saw. sujud di haribaan Allah swt. di bawah Arasy dengan memuji-muji-Nya. Kemudian Allah swt. berfirman: “Tegakkan kepalamu, mintalah niscaya dikabulkan. Mintalah syafaat, pasti diberikan.” Kemudian Rasululullah saw. mengangkat kepalanya dan berkata: “Ya Rabb, umatku.” Dan dikabulkanlah pertolongan tersebut dan selesailah mahsyar untuk kemudian melalui proses berikutnya.

Peristiwa berikutnya adalah hisab (perhitungan amal) dan mizan (timbangan amal) bagi manusia. Ada yang mendapatkan proses hisab dengan cara susah-payah karena dilakukan dengan sangat teliti dan rinci. Sebagian yang lain mendapatkan hisab yang mudah dan hanya sekadar formalitas. Bahkan sebagian kecil dari orang beriman bebas hisab.

Di antara pertanyaan yang akan diberikan pada manusia di hari Hisab terkait dengan masalah prinsip dalam hidupnya. Rasulullah saw. bersabda: “Tidak akan melangkah kaki anak Adam di hari kiamat sehingga ditanya 5 hal di sisi Allah: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari mana mencarinya, dan ke mana menginfakkannya, dan apa yang diamalkan dari ilmunya.” (HR At-Tirmidzi). Di masa ini juga dilakukan proses qishash, orang yang dizhalimi meng-qishash orang yang menzhalimi.

Kejadian selanjutnya manusia harus melalui shirath, yaitu sebuah jembatan yang sangat tipis dan mengerikan karena di bawahnya neraka jahanam. Semua manusia akan melewati jembatan ini dari mulai yang awal sampai yang akhir. Shirath ini lebih tipis dari rambut, lebih tajam dari pedang, dan terdapat banyak kalajengking. Kemampuan manusia melewati jembatan itu sesuai dengan amalnya di dunia. Ada yang lewat dengan cepat seperti kecepatan kilat, ada yang lewat seperti kecepatan angin, ada yang lewat seperti kecepatan burung, tetapi banyak juga yang berjalan merangkak, bahkan mayoritas manusia jatuh ke neraka jahanam.

Bagi orang-orang yang beriman, akan minum telaga Rasulullah saw. yang disebut Al-Kautsar. Rasulullah saw. bersabda: “Telagaku seluas perjalanan sebulan, airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih wangi dari misik, dan gayungnya sebanyak bintang di langit. Siapa yang meminumnya, maka tidak akan pernah haus selamanya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Surga dan Neraka

Pada fase yang terakhir dari rihlah manusia di hari akhir adalah sebagian mereka masuk surga dan sebagian masuk neraka. Surga tempat orang-orang bertakwa dan neraka tempat orang-orang kafir. Kedua tempat tersebut sekarang sudah ada dan disediakan. Bahkan, surga sudah rindu pada penghuninya untuk siap menyambut dengan sebaik-baiknya sambutan. Neraka pun sudah rindu dengan penghuninya dan siap menyambut dengan hidangan neraka. Al-Qur’an dan Sunnah telah menceritakan surga dan neraka secara detail. Penyebutan ini agar menjadi pelajaran bagi kehidupan manusia tentang persinggahan akhir yang akan mereka diami.

Orang-orang kafir, baik dari kalangan Yahudi, Nashrani maupun orang-orang musyrik, jika meninggal dunia dan tidak bertobat, maka tempatnya adalah neraka. Neraka yang penuh dengan siksaan. Percikan apinya jika ditaruh di dunia dapat membakar semua penghuni dunia. Minuman penghuni neraka adalah nanah dan makanannya zaqum (buah berduri). Manusia di sana tidak hidup karena penderitaan yang luar biasa, dan juga tidak mati karena jika mati akan hilang penderitaannya. Di neraka manusia itu kekal abadi.

Orang-orang beriman akan mendapatkan surga dan kain sutra karena kesabaran mereka. Dalam surga mereka duduk-duduk bersandar di atas dipan, tidak merasakan panas teriknya matahari dan dingin yang sangat. Mereka dinaungi pohon-pohon surga dan buahnya sangat mudah untuk dipetik. Mereka juga mendapatkan bejana-bejana dari perak dan piala-piala minuman yang sangat bening. Mereka akan minum minuman surga yang rasanya sangat nikmat seperti minuman jahe yang didatangkan dari mata air surga bernama Salsabila. Di surga juga ada banyak sungai yang berisi beraneka macam minuman, sungai mata air yang jernih, sungai susu, sungai khamr, dan sungai madu.

Penghuni surga akan dilayani oleh anak-anak muda yang jika dilihat sangat indah bagaikan mutiara yang bertaburan. Surga yang penuh dengan kenikmatan dan kerajaan yang besar. Orang beriman di surga memakai pakaian sutra halus berwarna hijau dan sutra tebal, juga memakai gelang terbuat dari perak dan emas. Allah swt. memberikan minuman kepada mereka minuman yang bersih.

Dan yang tidak kalah nikmatnya yaitu istri-istri dan bidadari surga. Mereka berwarna putih bersih berseri, bermata bulat, pandangannya pendek, selalu gadis sebaya belum pernah disentuh manusia dan jin. Buah dadanya montok dan segar, tidak mengalami haidh, nifas, dan buang kotoran.

Puncak dari semua kenikmatan di surga adalah melihat sang pencipta Allah yang Maha Indah, Sempurna, dan Perkasa. Sebagaimana manusia dapat melihat bulan secara serentak, begitu juga manusia akan memandang Allah secara serentak. Indah, mempesona, takzim, dan suci. Allah Akbar.

Allah akan memasukkan hamba–Nya ke dalam surga dengan rahmat-Nya, dan surga adalah puncak dari rahmat-Nya. Allah Ta’ala akan memasukan hamba-Nya ke dalam rahmat (surga) berdasarkan rahmat-Nya juga. Disebutkan dalam hadits shahih: “Sesungguhnya Allah Ta’ala memiliki 100 rahmat. Diturunkan (ke dunia) satu rahmat untuk jin, manusia, dan binatang. Dengan itu mereka saling simpati dan kasih sayang. Dengan satu rahmat itu pula binatang buas menyayangi anaknya. Dan Allah swt. menyimpan 99 rahmat bagi hamba-Nya di hari kiamat.” (Muttafaqun alaihi) .

Maka, sejatinya nikmat surga itu jauh dari apa yang dibayangkan manusia. Rasulullah saw. bersabda: “Allah swt. berkata, “Aku telah siapkan bagi hambaKu yang shalih sesuatu yang belum dilihat mata, belum didengar telinga, dan belum terlintas pada hati manusia” (Muttafaqun ‘alaihi). Apakah akan kita hanya berpuas diri dengan mengejar satu rahmat Allah yang dibagi-bagi untuk seluruh penduduk dunia, sementara kita melalaikan 99 rahmat yang tersisa? Semoga kita termasuk dari sedikit orang yang berpikir. Amin.


Lanjut membaca “Perjalanan Hidup”  »»
Hidup Adalah Pilihan © 2008. Design by :andri.wsb Sponsored by: andri.jgc30 wonosobo ASRI